Kamis, 08 Desember 2011

Tatiana dan Matahari

Tatiana berjalan meyusuri sore yang indah setelah hujan, Matahari masih terlihat dari kejauhan, sambil berjalan sesekali ia menyapa Matahari, bercerita tentang hari ini, berbicara tentang keluh kesah, berbicara tentang sebatang cokelat yang baru saja dia terima dari sahabatnya Timur Laut.
Matahari tersenyum bijak, hanya Matahari yang menyimpan cerita-cerita Tatiana tentang Timur setiap harinya, dia tau Tatiana sangat sayang pada Timur. Tatiana yang selalu ceria, pikirnya.

Petang menjelang, Matahari harus segera pulang, dengan gayanya yang khas, ia melenggang pelan menuju Barat. Ini bagian yang selalu saja menjadi paradoks untuk Tatiana, sedih sekaligus indah katanya, karena Matahari pergi sangat elegan, dia pergi dengan meninggalkan garis lembayung jingga untuk Tatiana, dan langit serta merta berubah warna, dari biru berpendar menjadi kuning kehijauan. Berkesan, dan selalu saja berkesan setiap harinya.

Timur, sosok sederhana sahabat Tatiana, Timur yang dingin dengan pemikiran pemikiran yang praktis, tidak menyusahkan, dan tidak suka juga disusahkan. Timur yang setiap hari membawakannya oleh -oleh dari kacang sampai cokelat batangan. Timur yang begitu baik, yang tidak lebih dari seorang sahabat..

Tatiana menangis diam diam, air matanya mengalir perlahan, dan dia terus berjalan tanpa mengusap sedikitpun air mata yang menetes di pipinya, dan selalu saja seperti ini, setiap sore ketika Matahari harus pulang..

1 komentar:

  1. Besok mataharinya dateng lagi. Tatiana bisa maen lagi sama matahari =D

    BalasHapus